Cerita ini saya buat dengan lagu latar belakangnya adalah lagu ‘Sang penghibur-Padi’ sebagai opening dan lagu ‘Permintaan hati-Letto’ sebagai ending-nya.
Pagi itu semua aktifitas di desa berjalan seperti biasa, semua berjalan normal tak ada yang aneh. Para bapak mengerjakan aktifitas seperti biasa, ada yang sedang membajak sawah, menanam padi, dan memandikan ayam-ayam peliharaan mereka. Para Ibu juga mengerjakan tugasnya, ada yang mengantar anak mereka sekolah, ada yang menyiangi beras untuk sarapan keluarga, dan lain-lain. Reza sendiri pagi itu sedang bermain dengan ke 2 temannya, Andi (10) dan Rahma (9) di pematang sawah di kaki bukit, milik tetangganya.
Reza sendiri hanyalah anak seorang buruh tani biasa bernama Pak Anton dan Ibunya Aminah seorang penjajah makanan keliling. Saat ini Reza baru berusia 9 tahun dan msih mengenyam pendidikan sekolah dasar, dan kebetulan pada saat itu sekolah sedang libur di karenakan kelas sedang dipergunakan untuk ujian oleh kakak kelasnya.
Reza yang sedang bermain-main dengan kotak permen bambu buatanya tiba-tiba saja merasakan hawa buruk yang datang, seketika langit saat itu menjadi gelap gulita dan petir menyambar-nyambar. Seketika itu pula Reza tak kuasa menahan dirinya untuk kembali kedesa meski saat itu hujan mulai rintik-rintik turun. Tapi, Andi dan Rahma terus menahannya dengan alasan nanti sakit dan dimarahi Ibu. Tetap saja hati Reza berkata lain dia tetap ingin pulang. Mendengar itu semua akhirnya Reza pun mengerti dan mau mendengar kata-kata temannya, apalagi petir terus menyambar-nyambar.
Saat gerimis berubah menjadi hujan besar, mereka melihat sebuah saung yang berada di tepi sawah. Mereka pun berlarian menuju saung tersebut untuk segera berteduh meski dengan baju yang sedikit basah.
Sambil mengibaskan baju yang dikenakannya Rahma menayakan “kenapa kamu begitu ingin pulang ?” kepada Reza.
Belum sempat Reza menjawab, terdengar sebuah ledakan besar yang sangat memekakkan telinga dan seketika itu air hujan yang turun berubah menjadi warna merah seprti darah, dan burung-burung berterbangan seperti merasakan juga apa yang terjadi.
Andi : “Apa itu ?” (sambil menutup telinganya)Rahma : ”Apa itu petir ?”Andi : ” Petir tidak sebesar ini !”
Di tengah pembicaraan, apa yang takuti Reza terbukti nyata. Matanya menatap ngeri kearah desa, bibirnya bergemetar senada dengan kaki dan tubuhnya, tangannya menunjuk lesu kearah desa.
Reza : “ITU !” (sambil menunjuk dan gemetar)Rahma : “Apa” (dengan raut muka mencari tau)Reza : “Desa” (dengan nada gemetar)Andi : (terdiam)Rahma : (terdiam)
Seketika itu juga Reza berlari menuju desa dan terus berteriak “Ayah…Ayah”, teman-temannya coba untuk menahannya lagi tapi kali ini Reza seperti tidak lagi mengidahkan perkataan temannya dan terus berlari kearah desa. Di pertengahan jalan mereka bertemu dengan seorang kakek tua yang keluar dan merintih kesakitan yang entah apa yang menyerangnya sehingga menyebabkan tubuhnya penuh luka bakar yang amat parah. Andi dan Rahma menghentikan laju larinya tapi tidak dengan Reza yang terus berlari kearah desa.
Andi : “Rahma berhenti !”Rahma : “Ada apa Di, kita harus cepat hentikan Reza !”Andi : “Masalah bisa kita urus nanti”Rahma : ”Maksudmu ?”Andi : “Kita tolong dulu kakek itu” (sambil menunjuk)
Rahma Andi berlari kearah kakek itu muncul dan dudukan tubuhnya di sebuah pohon. Rahma pun segera memberinya air melalui botol yang memang setiap hari dibawanya.
Andi : “Kakek tidak apa-apa ?”Kakek : “Tidak apa-apa cu”Andi : “kenapa kakek bisa seperti ini dan apa yang sebenarnya terjadi di desa ?”Kakek : “DESA !!! Desa dalam masalah, desa diserang pasukan Z.I (Zwarte Imperium) yang mencium keberadaan ‘Kristal’ di desa ini !”Andi : “Kristal ? apa itu ?”Kakek : “Nanti juga kau tau ! tadi kakek lihat ada temanmu yang berlari kea rah desa, cepat susul temanmu dan hentikan dia !”Rahma : “Lalu, bagaimana dengan kakek ?”Kakek : “Sudah jangan hiraukan kakek ! cepat kejar dan hentikan dia !”
Rahma dan Andi pun bergegas berlari mengejar Reza. Di sisi lain Reza hampir sampai di pintu gerbang desa yang hampir hancur, dari kejauhan desa terlihat porak-poranda tak ada yang tersisa, mayat-mayat bergelimpangan, tak ada yang tersisa hidup satu pun, asap dan api ada dimana-mana. Bahkan lebatnya hujan yang turun tak mampu memadamkannya.
Reza yang kebingungan tentang apa yang dilihatnya mencari-cari sisa kehidupan di sisa bangunan rumahnya yang hancur. Setelah hampir putus asa mencari, Reza kembali ingat apa yang dikatakan ayahnya “Bila mencari keajaiban, ikutilah kemana arah angin berhembus” sekejap Reza memejamkan mata dan diam tanpa suara, seluruh tubuhnya tenang seperti air yang tak beriak. Sekejap angina berhembus menghantarkannya ke utara desa,yang merupakan lembah padang rumput yang lebat.
Reza pun segera bergegas berlari, dan tanpa sengaja merobek kotak permennya sehingga permen yang di dalamnya pun tercecer di jalan. Di tengah perjalanan ternyata Reza telah di ikuti salah satu tentara Z.I yang menemukan ceceran permen yang di jatuhkan oleh Reza bahkan dia sengaja memungutinya beberapa untuk menutup jalan, karna dia tau Reza pasti tidak sendiri.
Dilain sisi, Rahma dan Andi yang sampai di desa sangat terkejut dengan apa yang di lihatnya. Bahkan, Rahma meneteskan airmata karna melihat begitu menydihkan keadaan para penduduk desa pada waktu itu. Mereka coba mencari kedua orang tuanya, tapi tidak menemukannya walau hanya mayatnya. Lalu mereka teringat pada Reza, dan coba menemukannya di sisa-sisa desa yang hancur. Hasilnya sama, mereka kembali tidak menemukan apa-apa. Di tengah-tengah keputusasaan Andi menemukan ceceran permen yang berasal dari kotak permen Reza yang tercecer. Tanpa berfikir panjang mereka segera mengikuti ceceran permen terbebut.
:: Apakah mereka bisa menemukan Reza, sementara beberapa ceceran permen telah tidak ada ditempatnya ?:: Apakah Reza bisa bertemu ayahnya ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar