Minggu, 06 Juni 2010

DaemonD #4 -=sEnse oF lOsS=-


          
            Masih menggunakan lagu tema yang sama saya akan melanjutkan cerita ini, semoga pembaca tidak di buat jenuh olehnya. Mari kita lanjutkan.

            Reza dan kawan-kawannya yang memasuki lubang itu terhempas ke suatu tempat yang tidak di kenalnya, Reza yang terjatuh karna hempasan itu tak sengaja membenturkan kepalanya ke sebuah batang pohon. Reza pun pingsan seketika.
            Didalam alam bawah sadarnya, Reza kembali bermimpi yang sama, bertemu makhluk aneh itu, anehnya makhluk berdampingan dengan ayahnya, ayahnya hanya tersenyum manis kepadanya. Reza pun memeluknya dengan erat. Di saat memeluknya ayahnya berkata “Anakku, mungkin ayah kurang bisa membahagiakan keluarga kita. Ayah minta maaf. Jadilah anak baik, jagalah bumi ini agar terus bernyanyi.” Mendengar itu Reza menangis dan terus berkata “Ayah jangan tinggalkan kami, kami masih membutuhkan-mu.” Sang ayah hanya tersenyum dan berpaling pergi darinya bersama makhluk itu. Melihat itu Reza semakin bersedih dan terus memanggil ayahnya.
            Reza terus memanggil ayahnya, di saat itu Rahma yang sadar segera membangunkannya dan memberitahu bahwa ada 2 pasukan Z.I di sekitarnya. Segera saja mereka bersembunyi. Andi yang pingsan di papahnya ke balik pohon yang penuh semak. Di antara para itu terjadi percakapan yang sempat di dengarkan oleh mereka.


Tentara 1         : “ Hey, kau tahu tadi ada penyerangan oleh pasukan pusat ke desa sebelah ?”
Tentara 2         : “Iya, kenapa kita tidak di ajak yah ?”
Tentara 1         : “Karena kita termasuk pasukan papan bawah (sambil bercanda) tapi, yang saya dengar penyerangan itu di maksudkan bukan untuk menguasai desa itu tapi untuk mencari kristal, karena kristal di deteksi berada di sana. Lagi pula apa untungnya menguasai desa yang miskin itu ?”
Tentara 2         : “Oh, saya dengar ada yang tetangkap yah ?”
Tentara 1         : “Sepertinya ada, tapi biasanya dia akan di siksa terlebih dahulu baru dibunuh. yah kita lihat saja nanti”


            Sebelum melanjutkan pembicaraannya, Reza yang mendengar geram dan ingin keluar dan memukul kedua orang tersebut. Rahma yang mengetahuinya segera melarangnya dah menarik tangannya hingga menimbulkan sedikit kegaduhan.
            Salah satu dari mereka mendengar kegaduhan tersebut dan mulai curiga tentang apa yang berada di balik pohon itu. Kedua tentara itu kemudian mendekati sebuah pohon, salah seorangnya memeriksa belakang pohon itu dengan menengoknya. Reza bersiap mengambil batu yang berada di sekitarnya untuk di gunakan melawan tentara itu bila mereka akhirnya ketahuan. Beruntung sebelum tentara itu sempat memeriksa ada satu tentara Z.I lagi yang datang memberitahu kepada 2 tentara ini untuk menemui atasan karena tenaganya sedang sangat dibutuhkan.
            Mereka lega, mereka tak sampai ketahuan kalau sedang besembunyi disana. Kemudian mereka baru sadar merek berada di tempat yang sama sekali tidak mereka kenal. Mereka mulai berjalan tanpa tujuan, yang mereka tahu hanyalah mereka harus cepat sampai bukit Batubrok untuk bertemu orang tuanya masing-masing dan menolong Andi yang sedang terluka parah, tapi mereka tersesat entah dimana. Ditengah keputus asaan mereka. Mereka menemukan sebuah gubuk tua yang sepertinya tidak berpenghuni. Mereka memasuki gubuk tersebut dan mulai mencari penghuni gubuk itu dan mereka tidak menemukan siapa-siapa. Melihat itu Rahma segera membersihkan tempat tidur yang ada di gubuk itu dan membaringkan Andi di sana.
            Reza tahu bahwa Rahma sedang terluka dan berusaha meringnkan tugasnya, dia mencari air atau sesuatu yang bisa meringankan rasa sakit dari Andi. Tak sengaja dia menemukan sebuah kotak pendingin kecil dengan sejumlah es di dalamnya. Reza pun tersentak kaget tak percaya. Berbarengan dengan itu pintu depan ada yang membuka. Rahma terkejut, tak layak langsung bersembunyi di samping tempat tidur.
            Reza keluar dari arah dapur dengan menggenggam sebuah balok kayu hendak ingin memukul seseorang yang masuk. Yang masuk ternyata seorang nenek tua berumur sekitar 70 tahun dan seorang wanita muda kira-kira umurnya 23 tahun, yang ternyata pemilik dari gubuk tersebut. Alangkah kagetnya wanita muda itu melihat banyak darah yang berceceran di lantai rumahnya yang mengarah ke kamarnya.


Wanita muda   : “Siapa kau ? Apa yang kau lakukan di rumah kami ?”
Reza                : “Maaf sebelumnya kami lancang. Kami masuk tanpa izin, kami tahu kami salah.”
Wanita muda   : “Kamu jangan menghindar lalu darah apa ini ?”
Reza                : “Tapi...”
Wanita muda   : “Tetap saja cara-mu salah...”


Sebelum wanita itu meneruskan pertanyaannya, Rahma memanggil-manggil Reza karena ada yang terjadi pada Andi. Setelah wanita itu menduduki ibunya, mereka semua masuk ke dalam kamar itu. Di kamar itu Andi nampak kejang-kejang sambil menahan rasa sakitnya.


Wanita muda   : “Apa yang sebenarnya terjadi ? Kenapa dia bisa seperti ini ?”
Rahma             : “Dia baru saja terkena serangan dari gelang Zwarte.”
Wanita muda   : “Apa ? apa yang sebenarnya kalian lakukan ?”
Rahma             : “Kami bertemu dengan pasukan Z.I untuk menolong Reza yang ingin bertemu ayahnya.”
Wanita muda   : “Ayahmu ? lalu dimana dia sekarang ?” (memalingkan muka ke arah Reza)
Rahma             : “Ayahnya tidak jelas nasibnya, entah ditangkap atau dibunuh.” (berbisik)
Wanita muda   : “Baik semua keluar, ini biar saya yang menanganinya !”


            Mendengar itu, Reza segera berlari ke teras luar dan kembali menangisi bapaknya. Rahma yang berusaha mendekatinya di tahan oleh nenek yang tadi pulang bersama wanita muda itu. Nenek itu memerintahkan agar Rahma lebih baik untuk menyiapkan air hangat untuk membersihkan lukanya dan air dingin untuk mengompres Andi dan segera masuk kedalam kamar untuk diobati dan agar lukanya tidak terkena angin. Setelah Rahma masuk kedalam, nenek itu kemudian menghampiri Reza dan berusaha menenangkan hatinya yang sedang gundah. Nenek itu pun menepuk pundak Reza.


Nenek              : “Namamu siapa cu ?”
Reza                : ... (diam dan terus meneteskan air matanya)
Nenek              : “Namamu Reza rusmana bukan ?”
Reza                : “...(tersentak kaet tak percaya) dari mana nenek tahu nama saya Reza ?”
Nenek              : “Nenek bisa tahu hanya dengan menepuk bahu mu cu (tersenyum) dan nenek tahu apa yang terjadi padamu.”
Reza                : “Maksud nenek ?”
Nenek              : “Dari mulai Ayahmu, Ibumu, bahkan kamu. Kamu anak yang menarik, di dalam dirimu terdapat jiwa yang pantang menyerah, penolong sesama, dan murah hati. Itu yang menjadikan kenapa kamu jadi salah satu yang terpilih.”
Reza                : ... (tercengang)
Nenek              : “Jangan bingung begitu, nenek hidup lama sebelum kamu. Dari matamu saja nenek sudah tahu kalau kau pasti putra dari Anton kurniawan, iya kan ?”
Reza                : “Kenapa nenek tahu semua ?”
Nenek              : “Sudah nenek bilang nenek itu lahir sebelum kamu Reza, akan nenek jelaskan semua.”


            Perbincangan seru pun terjadi antar nenek dengan Reza. Bahkan Reza berulang kembali mengeluarkan air mata, batinnya tersentuh begitu dalam. Sampai pada akhirnya nenek itu berkata bahwa meski ayahnya harus mati kau seharusnya bangga akan ayahmu, tanpa dia tak ada keseimbangan dunia. Lalu Reza bertanya, siapa nama nenek itu dan wanita muda yang bersamanya. Nenek itu menjawabnya sambil tersenyum bahwa namanya adalah ‘Sriyani’ dan wanita muda itu ternyata adalah cucunya yang bernama ‘Putri’ yang ternyata seorang dokter yang ahli dalam pengobatan tradisional di kota yang kebetulan pada hari itu sedang berlibur kerumah neneknya. Nenek itu melihat kesedihannya yang mendalam dan menyuruhnya untuk memeluknya agar perasaannya lebih baik.
            Tak berapa lama. Putri, wanita muda yang tadi mengobati Andi keluar dari kamar dan memberi tahu bahwa dia sudah selesai mengobati Andi. Reza pun memapah nenek untuk masuk melihat keadaan Andi yang pada waktu itu sedang di kompres oleh Rahma.


Reza                : “Bagaimana keadaan mu Andi ?”
Andi                : “Baik, terima kasih ya Reza, mbak” (lemah)
Putri                : “Kau harus berterima kasih pada yang di atas, bukan padaku dan Reza”
Andi                : “Sekarang kau istirahat dahulu jangan banyak bergerak dan bicara”


            Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, jam menunjukkan jam 6.00 malam waktunya untuk shalat magrib. Nenek Yani menyuruh Reza untuk lekas mandi dan mengambil wudhu dan segera sholat. Sedangkan Putri mengambil beberapa tanaman obat di berangkas obatnya untuk di jadikan jamu untuk di minum Andi dan Rahma yang terluka agar lukanya cepat sembuh dan mengering.
            Pada jam 7.30 malam adalah waktunya makan malam, Reza pun ikut serta. Tetapi Rahma berada di kamar untuk menyuapi Andi. Dalam sesi makan malam terjadi perbincangan.


Putri                : “Hey, namamu Reza kan ?”
Reza                : “Iya, ada apa kak ?”
Nenek              : “Ssst, sedang makan tidak boleh bicara !”
Putri                : “Itu nenek bicara ?!??”
Nenek              : “Inikan gara-gara kamu, yah sudah bicara saja !”
Putri                : “Hehe, knpa kau bisa sampai kemari ?”
Reza                : “Kami ingin bertemu orang tua kami di sebuah gua di Bukit Batubrok yang ada di hulu sungai Mahakam”
Putri                : “Oh itu, bukit itu sudah tak jauh lagi dari sini. Hanya setengah kilometer lagi dari sini, memang dengan apa kalian akan ke sana ?”
Reza                : “Mungkin berjalan kaki”
Putri                : “Berjan kaki ?” (hentaknya)
Nenek              : “Sst, apa-apaan sih ? kalau sedang makan harus tenang”
Putri                : “Maaf nek kelepasan, hehe... Reza, sebaiknya jangan dulu. Luka temanmu masih parah”
Reza                : “Tapi...”
Nenek              : “Percuma di larang, anak ini dan kawan-kawannya pasti akan terus bersikeras untuk pergi.”
Putri                : “Iya juga yah ? hmm, baik lah malam ini kakak bekerja keras akan menyembuhkan temanmu”
Reza                : “terima kasih, kak” (tersenyum bahagia)


            Malam itu pun berlalu, di saat nenek Yani, Reza, dan Rahma mulai terlelap. Putri masih berkutat dengan beberapa tanaman obat dan sempat beberapa kali menengok keadaan Andi. Beberapa jam pun berlalu, saat tengah malam akhirnya racikkan obat yang dibuat oleh kak Putri pun selesai dan segera di minumkan kepada Andi.

::Apakah Andi bisa pulih di keesokan harinya ?
::Siapakah nenek Yani ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar